Jakarta (Suaraborneo.id) — Ribuan massa memadati kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Jumat (21/2) siang hingga sore untuk melanjutkan aksi Indonesia Gelap untuk memprotes sejumlah kebijakan pemerintah yang dianggap makin membebani rakyat.Ribuan massa meneriakkan tuntutan mereka dalam aksi massa bertagar #Indonesia Gelap di Patung Kuda, Jakarta Pusat, Jumat, 21 Februari 2025. (Foto: Hafizh Sahadeva/VOA)
Gelombang massa yang mengenakan pakaian hitam-hitam mulai berdatangan sejak pukul 13.30 WIB.
Seperti yang diketahui, aksi demo pekan ini mengangkat tagar #IndonesiaGelap, merujuk pada sejumlah masalah publik yang muncul saat ini. Ajakan aksi itu bermuara dari keputusan Presiden Prabowo Subianto untuk melakukan pemangkasan anggaran sebesar Rp 306,7 triliun dengan mengurangi belanja kementerian dan lembaga, acara-acara besar, dan perjalanan dinas.
Langkah penghematan ini mengakibatkan banyak aparatur sipil negara (ASN) harus bekerja dalam kondisi seperti penerangan yang tidak memadai atau penghentian lift di gedung-gedung perkantoran pemerintah untuk menghemat energi, dan sejumlah langkah penghematan-penghematan lainnya.
Serangkaian aksi demonstrasi sudah berlangsung di berbagai penjuru di Indonesia sejak Senin (17/2), di mana mahasiswa dan demonstran lainnya menyuarakan sejumlah tuntutan, termasuk protes terkait kebijakan efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah baru-baru ini.
Dalam aksi pada Kamis (20/2), masyarakat juga menuntut pengesahan sejumlah rancangan undang-undang (RUU) prorakyat, yaitu RUU Masyarakat Adat, RUU Perampasan Aset dan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga.
Selain itu, massa juga tetap menyuarakan penolakan terhadap sejumlah RUU, antara lain Revisi Undang-Undang (UU) Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Revisi UU Polri, Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan UU Mineral Batu Bara.
Adapun kebijakan-kebijakan yang diminta untuk dievaluasi antara lain program Makan Siang Bergizi, penghapusan tunjangan kinerja (Tukin) dosen dan hilirisasi.
Massa juga menuntut pembatalan sejumlah program pemerintah, antara lain multifungsi TNI-Polri, program food estate seluas 29 juta hektar dan pendirian Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).
Tak hanya di Jakarta, aksi massa Indonesia Gelap juga berlangsung di kota-kota besar lain, termasuk di Medan, Sumatera Utara; dan di Makassar, Sulawesi Selatan.
Dalam demo pada Kamis, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi sempat beraudiensi dengan para pedemo dan berjanji pemerintah akan mempelajari tuntutan mahasiswa.
Presiden Prabowo sebelumnya sempat menanggapi penolakan pemangkasan anggaran yang ia perintahkan pada HUT ke-17 Gerindra, 15 Februari lalu. Menurutnya perlawanan untuk perbaikan biasanya akan selalu ada. "Kita mau adakan perbaikan ya, biasanya dilawan oleh mereka-mereka yang tidak suka kebaikan," ujarnya. Ia juga menambahkan, "akan wujudkan cita-cita Bung Karno berdiri di atas kaki kita sendiri. Rakyat kita, anak-anak kita, tidak boleh kelaparan!"
Namun pada demo Jumat di Patung Kuda, Jakarta Pusat, tak terlihat ada pejabat kabinet Presiden Prabowo Subianto yang menemui para pedemo.
"Kami tidak mau melihat kesejahteraan rakyat Indonesia makin terdampak hanya karena kebijakan yang asal-asalan," ujar Amanda, salah satu pendemo yang mengaku rela cuti demi ikut demo.
Perempuan yang bekerja sebagai konsultan tersebut mengaku "gerah" dengan kebijakan efisiensi anggaran, yang menurutnya "tak dilakukan dengan kajian menyeluruh, dan justru berdampak pada pemotongan anggaran untuk pemberian layanan" bagi masyarakat.
Sependapat, Aryo, pendemo yang bekerja di bidang riset, melihat banyak kebijakan-kebijakan yang dinilainya "tak masuk akal" yang dibuat berdasarkan "cek ombak".
"Saya sudah marah dengan kondisi negara kita yang dijalankan secara ugal-ugalan," seru Aryo.
Seperti demo pada beberapa hari sebelumnya, para pengunjuk rasa membawa poster-poster dengan berbagai tulisan yang mengelitik dan tak jarang mengundang tawa.
Misalnya, seorang pedemo memamerkan poster bergambar tokoh Bart Simpson dari seri film kartun ikonik “The Simpson”. Bart tampak menangis dan di bawah kartunnya tertulis “Ya Allah, Kenapa Aku WNI.”
Pedemo lainnya membuat poster parodi iklan obat sakit kepala yang fotonya diganti dengan foto Presiden Prabowo sedang mengurut dahinya, tampak pusing.
Demo #IndonesiaGelap juga masih berlanjut di sejumlah kota besar di Tanah Air dan berlangsung relatif damai.
Kantor berita AFP melaporkan, di Yogyakarta, ratusan orang berkumpul di pusat kota untuk memprotes pemotongan anggaran pemerintah.
"Saya yakin semua orang Indonesia yang punya hati, pikiran, dan moral akan merasa gelisah melihat kondisi saat ini," kata koordinator protes Rendra Setiawan kepada AFP sebelum demonstrasi.
"Kegelisahan ini muncul dari ketidakmampuan pemerintah baru untuk menyelesaikan masalah bangsa."
Di Surabaya, Jawa Timur, ratusan mahasiswa dan pekerja Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) mengenakan kaus hitam duduk di tanah di depan kantor dewan setempat sambil memegang spanduk bertuliskan "Nilai Buruk untuk Kabinet Gendut" dan "Satu Presiden, Banyak Insiden" sementara itu, polisi berjaga-jaga, lapor AFP.
Pengamat Politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Lili Romli mengatakan aksi demonstrasi ini merupakan bentuk kekecewaan mahasiswa dan elemen masyarakat sipil lainnya atas kebijakan yang telah dikeluarkan Prabowo.
“Indonesia gelap sebagai bentuk protes bahwa setelah 100 hari ini belum terlihat wujudnya. Dia mencontohkan terkait dengan makan begizi gratis. Program itu bagus tapi kemudian menyasarnya tidak tepat. Makan gizi gratis kenapa yang didahulukan di kota-kota bukan di daerah-daerah. Untuk membiayai makan gizi gratis terkait dengan efisiensi anggaran, timbul berapa bidang bisa terambil dana itu,”kata Lili .
Menurut Lili, pemerintah harus merespon baik aksi demonstrasi yang dilakukan para mahasiswa dan koalisi masyarakat sipil dan jangan merespon dengan kata-kata yang kurang baik seperti dilakukan beberapa para menteri. ”Luhut bilang Indonesia tidak gelap, yang gelap kau,” ujar Lili mengutip ucapan Ketua Dewan Ekonomi Nasional.
Mirip dengan di Indonesia, beberapa kebijakan pemerintahan baru Presiden Trump termasuk upaya efisiensi pemerintah federal juga menuai aksi protes besar pada Hari Presiden, Senin (17/2) lalu. Menurut survei terbaru Reuters/Ipsos pekan ini, tingkat approval Trump mulai menurun. Namun, survei terbaru CNN/SSRS menyebutkan tingkat approval Trump tetap lebih tinggi dari periode pertamanya.[ft/rs/es/dw]
Sumber : Voa Indonesia