MEMPAWAH, Suaraborneo.id - Pj. Gubernur dr. H.Harisson, M.Kes. mendampingi Presiden Joko Widodo untuk melakukan injeksi bauksit perdana Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) PT Borneo Alumina Indonesia, Selasa (24/9/2024).Pj. Gubernur dr. H.Harisson, M.Kes. mendampingi Presiden Joko Widodo untuk melakukan injeksi bauksit perdana Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) PT Borneo Alumina Indonesia. (Foto:adpim)
Bersama Menteri Badan Usaha Milik Negara Indonesia Erick Thohir dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia, rombongan Presiden mendarat di Heliport Pelindo Mempawah pada pukul 09.40 wib.
Proyek Smelter Grade Alumina (SGAR) yang merupakan hasil konsorsium PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) dengan PT Indonesia Asahan Alumunium (INALUM) ini fokus pada pengembangan infrastruktur dan peningkatan nilai tambah komoditas mineral di wilayah Mempawah, Kalimantan Barat.
Kegiatan ini diawali site visit dengan meninjau Panel Proses Commissioning SGAR selanjutnya melakukan persemaian dengan menandatangani Prasasti Injeksi Bauksit Perdana SGAR.
Seperti diketahui bersama Aluminium oksida (Alumina) adalah sebuah senyawa kimia dari alumunium dan oksida, yang merupakan bahan yang paling banyak digunakan sebagai bahan dalam berbagai jenis bahan metalurgi, industri kimia, industri otomotif, dan industri kosmetik.
Sebelumnya, Presiden Jokowi telah mengunjungi proyek SGAR Mempawah pada Bulan Maret yang lalu di sela - sela kunjungannya ke beberapa wilayah di Kalbar.
Diharapkan proyek ini akan mencapai tahapan Commercial Operation Date (COD) pada Februari 2025. Adapun, proses pengolahan bauksit menjadi alumina sudah bisa dilakukan pada kuartal IV 2024. Untuk pengolahan Bauksit menjadi Alumina dibutuhkan waktu selama 45 Hari dengan Proses Bayer dengan kapasitas 1 MTPA Alumina.
Untuk kapasitas, pabrik yang berdiri di atas kawasan seluas 246 Ha (Alumina Plant + PLTU + Coal Gas Plant) ini bisa memproduksi 1 juta ton alumina per tahun dengan estimasi bahan baku bauksit sebanyak 3,3 juta ton per tahun. Proyek ini terbagi dalam dua fase dan menelan nilai investasi sekitar US$1,7 miliar.
Pada kesempatan ini Menteri BUMN Erick Thohir menyebutkan bahwa ini merupakan hari kedua beliau mendampingi Presiden untuk memastikan hilirisasi ini benar - benar berjalan sebagaimana mestinya.
“Kemarin kita ke Sumbawa, untuk meninjau tembaga dan emas. Kemudian ke gresik, PT. Freeport Indonesia yang mana 49 persen, atas dukungan Bapak Presiden kita bisa berkomitmen mengambil alih saham freeport 51 persen. Hari ini kebetulan dari BUMN semua yaitu Inalum dan Antam”, ucapnya.
Dirinya juga menerangkan walaupun ada kendala - kendala yang dihadapi namun pembangunan pabrik ini akhirnya dapat berjalan dan dioperasikan.
“Kita tahu, smelter ini sempat tertunda. Yang memang ada keterlambatan, namun saat ini dapat terjadi kemudahan. Kami berusaha menekan impor. Untuk daerah dan nasional impactnya 3 kali lipat secara ekonomi.
Kami mendalami semua, bahwa hilirisasi di Indonesia bukan merupakan pilihan namun merupakan kewajiban, untuk mendorong perekonomian kita agar rakyat kita lebih sejahtera, dan saya yakin di pemerintahan ke depan akan memiliki komitmen yang sama”, terangnya.
Di tempat tersebut, Presiden Jokowi menyayangkan yang mana selama ini bangsa Indonesia menjadi negara yang hanya mampu menjadi pengekspor bahan mentah.
"Kita ini sudah mengekspor bahan mentah lebih dari 400 tahun yang lalu, sejak zaman VOC kita ekspor dulu mulai dari rempah - rempah. Negara yang mengimpor malah sudah menjadi negara maju. Kita yang mengekspor bahan mentah, tidak bisa cepat berkembang. Negara maju sudah betul - betul kecanduan impor. Ketika kita mau hilirisasi pasti diganggu. Untungnya ada resesi, Covid dan mereka negara maju sibuk dengan problem yang mereka miliki. Inilah kesempatan kita untuk mengolah mineral - mineral yang kita miliki dan tidak ada yang mengganggu walaupun kita stop nikel, walaupun uni eropa membawa kita ke WTO. Kemudian Bauksit kita stop, tidak ada yang komplain, tembaga juga kita stop”, terang Jokowi.
Oleh karena itu, menurutnya keberhasilan pembangunan smelter PT. BAI hari ini, yang merupakan buah dari kerjasama yang baik di fase pertama.
“Ini dalam rangka menyongsong Indonesia menjadi negara industri agar kita tak menjadi negara yang selalu mengekspor bahan mentah. Bisa kita lihat lompatan nilainya. Saya ambil contoh nikel, ekspor mentahan 1,4 - 2 juta dollar, begitu kita stop 34,8 juta UÅŸdollar. Hampir 60 persen kita miliki sendiri. Kemudian untuk kebutuhan aluminium dalam negeri 1,6 juta ton 56 persennya kita impor. Oleh karena itu, 56 persen inu nantinya tidak perlu kita impor lagi. Karena devisa kita keluar 3,5 juta dolar hilang gara - gara kita impor alumunium ini”, terangnya.
Presiden Jokowi juga bangga karena ekosistem industri aluminium yang terintegrasi ini selesai untuk fase pertama, yang mana setelah menjadi Alumina akan dikirim ke muara tanjung untuk diolah menjadi aluminium di PT. Inalum.
“Ini perjuangan tak mudah, kita tahu sempat terganggu dengan semangat dan visi yang kuat akhirnya kita selesaikan. Ini merupakan jejak dimulainya industrialisasi di negara kita ini”, tegasnya.
Di tempat tersebut Pj Gubernur Kalbar menyambut baik atas injeksi bauksit perdana Smelter Grade Alumina Refinery ini oleh Presiden Jokowi ini.
Dirinya berharap dengan konsisten dan keseriusan pengembangan proyek pertambangan ini diharapkan dapat mendongkrak perekonomian Kalimantan Barat kedepannya.
“Yang jelas hilirisasi perlu terus dipacu. Jangan kita eksplorasi SDA lalu diekspor dan dibeli oleh negara lain dengan harga murah. Harusnya kita lakukan hilirisasi terhadap SDA kita dan dapat dijual dengan harga yang berkali-kali lipat”, ungkap Harisson.
Disamping itu, ia juga sependapat dengan apa yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo untuk menekan ekspor bahan mentah.
“Dengan ini, kita akan mampu menekan impor bahan baku produksi misalnya aluminium yang menghabiskan devisa padahal kita punya bahan bakunya. Ucapan terima kasih kepada Pak Jokowi Presiden RI yang terus berupaya untuk meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Kalimantan Barat”, pungkasnya. (Adpim)