Suaraborneo.id - Delapan migran tewas pada Minggu (15/9) ketika perahu mereka yang penuh sesak terbalik saat mencoba menyeberangi Selat Inggris dari Prancis menuju Inggris, kata otoritas Prancis, kurang dari dua minggu setelah bencana paling mematikan terjadi tahun ini.Anggota kepolisian militer Prancis menarik kapal migran yang rusak dengan traktor di dekat pantai Ambleteuse, di utara Prancis, pada 15 September 2024. (Foto: AFP/Bernard Barron)
Tragedi terbaru ini berarti 46 migran telah kehilangan nyawa mereka saat mereka mencoba mencapai pantai Inggris sejauh ini tahun ini, kata seorang pejabat daerah, naik dari 12 pada tahun 2023.
Pemerintah Prancis dan Inggris telah berusaha selama bertahun-tahun untuk menghentikan arus migran, yang membayar penyelundup ribuan euro per orang untuk perjalanan dengan perahu karet yang kelebihan muatan.
Kepala daerah Jacques Billant mengatakan insiden itu terjadi sekitar pukul 1 dini hari waktu setempat di lepas pantai kota utara Ambleteuse.
“Jumlah korban sangat mengerikan, dengan delapan orang dilaporkan tewas,” katanya kepada pers di dekat lokasi kecelakaan.
Ia mengatakan mereka semua tampaknya laki-laki.
Enam orang kini dirawat di rumah sakit, termasuk bayi berusia 10 bulan yang mengalami hipotermia, tambahnya.
Perahu yang mengalami kecelakaan tersebut berangkat dari sungai Slack yang mengalir ke laut antara kota Wimereux dan Ambleteuse.
Perahu tersebut membawa 59 orang dari Eritrea, Sudan, Suriah, Afghanistan, Mesir, dan Iran, kata Billant.
“Hanya satu dari enam orang yang kini dirawat mengenakan jaket pelampung,” katanya.
Perahu karet itu “dengan cepat mengalami kesulitan dan kandas.” katanya. “Perahu itu terkoyak di bebatuan.” [lt/ka]
Sumber : Voa