Sintang Kalbar, Suaraborneo.id – Dampak pandemi Covid-19 pada dunia pendidikan sangat besar. Salah satunya, peningkatan angka putus sekolah karena anak didik ikut membantu ekonomi keluarga selama pandemi.Anggota DPRD Kabupaten Sintang, Senen Maryono. (Foto:int).
Selain itu, putus sekolah juga disebabkan oleh orang tua yang merasa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) tidak efektif dan mengartikan jika PJJ sama dengan tidak sekolah.
Anak putus sekolah ini tentu menjadi salah satu permasalahan dalam membina generasi muda menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang tangguh sehingga mampu menghadapi persaingan bebas di era globalisasi.
Atas hal tersebut, Wakil Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Sintang, Senen Maryono mengatakan, perlu ada kerjasama semua lini terutama antara pendidikan formal dan pendidikan non formal sehingga permasalahan putus sekolah di Kabupaten Sintang dapat diatasi.
“Dengan adanya kerjasama yang baik antara pendidikan formal dengan non formal menjadi jawaban dalam meminimalisir terjadinya putus sekolah, misalnya siswa yang tidak masuk di sekolah formal dapat diterima dalam pendidikan kesetaraan,” kata dia
Untuk itu, Senen berharap Pemerintah melalui instansi terkait dapat lebih serius dalam menangani permasalahan putus sekolah. Hal tersebut penting dilakukan sebagai upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia daerah di masa yang akan datang.
“Selain meningkatkan SDM yang berilmu dan berdaya saing, pendidikan juga dibutuhkan untuk melahirkan manusia-manusia berkarakter, bersikap kritis dan memperjuangkan ilmu,” ujarnya
Senen menyebut, tujuan dan misi pendidikan nasional, seperti yang termuat dalam UUD 1945, adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goal’s (SDG’s) 2030 menghendaki seluruh warga dunia bisa mengenyam pendidikan,” jelasnya.
Senen juga menginginkan, kedepannya tidak ada lagi anak yang putus sekolah, karena menurutnya masalah putus sekolah dapat di minimalisir.
“Kalau boleh usul, solusi mengatasi masalah putus sekolah ialah, membebaskan biaya sekolah, memberikan beasiswa, memberikan subsidi buku dan sarana pendidikan, membangun sekolah di daerah terpencil, dan mengirim guru pengajar ke daerah terpencil. Agar solusi itu berhasil maka harus dilakukan dengan konsisten dan diawasi pelaksanaanya,” tutupnya. (tim)