China mengirimkan tiga kapal untuk membantu evakuasi KRI Nanggala-402 yang tenggelam di perairan utara Bali.
JAKARTA — Asisten Perencanaan dan Anggaran (V) (Asrena) Kasal Laksda TNI Muhammad Ali mengatakan dua kapal bantuan dari China telah tiba di perairan Bali untuk membantu evakuasi KRI Nanggala 402.
Dua kapal ini akan bekerja sama dengan kapal milik Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) yang juga sudah berada di lokasi. Sementara satu kapal China lainnya masih sedang dalam perjalanan menuju Indonesia.
"Dari China ada kapal survei dan dilengkapi oleh kapal selam mini. Ini bisa sampai kedalaman 1.000 meter lebih, di Laut Bali tenggelamnya (KRI Nanggala 402) sampai pada kedalaman 838 meter," jelas Muhammad Ali dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (4/5).
Ali menambahkan bahwa kapal SKK Migas memiliki kemampuan memasang pipa-pipa bawah laut dan bisa mengangkut barang yang cukup berat. Kendati demikian, ia menjelaskan TNI AL masih kesulitan mengangkut bangkai KRI Nanggala 402 dari dasar laut. Menurutnya dibutuhkan tangan manusia atau robot untuk menempelkan kaitan agar bisa mengangkat bangkai kapal.
"Sampai saat ini hanya bagian kecil saja yang bisa diangkat, namun untuk bagian besar belum," tambah Ali.
Kata Ali, pihaknya belum dapat menentukan batas waktu untuk proses evakuasi KRI Nanggala 402 karena akan bergantung pada situasi di lapangan. Sejumlah kapal lain seperti KRI Rigel dan KRI Soputan juga disiapkan TNI AL selama proses evakuasi. Di samping itu, TNI AL dan kapal China juga sudah menyiapkan penyelam dari beberapa kesatuan untuk kegiatan ini.
Kapal selam KRI Nanggala 402 buatan Jerman hilang kontak dan telah dinyatakan tenggelam saat melakukan latihan torpedo di perairan sebelah utara Pulau Bali pada Rabu pagi, 21 April. Kapal ini membawa 53 awak yang terdiri dari 49 anak buah kapal, satu komandan dan tiga orang arsenal.
Menurut situs web Sekretariat Kabinet Indonesia, KRI Nanggala 402 yang berbobot 1.395 ton dibangun di Jerman pada 1978. Kapal itu menjalani perbaikan selama dua tahun di Korea Selatan yang tuntas pada 2012. [sm/ft]
Penulis : VOA