Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengeluarkan rekomendai penerapan protokol Kesehatan serta penataan ruang publik yang berada di bangunan tertutup. Rekomendasi IDI bertujuan sebagai rujukan adaptasi kebiasaan baru untuk meredam laju pandemi virus corona yang belum diketahui kapan akan berakhir.
SURABAYA, JAWA TIMUR, SUARABORNEO.ID — Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) bekerja sama dengan arsitek dan ahli rancang kota, mengeluarkan rekomendasi tentang Protokol Tata Ruang dan Adaptasi Kehidupan Baru. Rekomendasi itu berisi petunjuk penerapan protokol kesehatan, kebiasaan hidup baru di masyarakat, serta penataan ruang publik yang berada di bangunan atau gedung tertutup.
Dokter Eka Ginanjar, Ketua Tim Pedoman dan Protokol, dari Tim Mitigasi PB IDI, mengatakan lokasi atau tempat yang berpotensi menjadi sarana penularan virus corona, harus diatur dan diawasi agar tidak menjadi tempat perebakan baru virus Corona.
Rekomendasi tersebut sangat diperlukan mengingat angka kasus baru virus
corona di Indonesia masih cukup tinggi. Jumlah kasus baru berpotensi
meningkat jika penerapan protokol kesehatan di masyarakat melonggar,
seperti munculnya kluster perkantoran hingga tempat rekreasi. Kondisi
ini harus disikapi serius oleh pemerintah dan masyarakat, bila tidak
ingin terjadi gelombang baru atau tsunami kasus virus corona seperti di
India.
Hingga 27 April 2021, sebanyak 1,6 juta orang di Indonesia dinyatakan positif terinfeksi virus penyebab COVID-19, dengan jumlah kematian mencapai hampir 45 ribu jiwa.
Eka Ginanjar juga mengingatkan masyarakat bahwa sebagai negara beriklim tropis, Indonesia punya potensi risiko penyebaran berbagai penyakit tropis.
Maka, kata Eka Ginanjar, bangunan-bangunan tempat kerja dan hunian perlu mulai dirancang dengan menyesuaikan lingkungan tropis. Desain bangunan harus memungkinkan sinar matahari dan aliran udara segar yang cukup untuk meminimalkan penyebaran penyakit, termasuk virus corona.
“Jadi ke depannya pembelajaran bagi kita, desain gedung, para arsitek dan owner gedung untuk merancang bagaimana rumah itu yang sesuai dengan lingkungan tropis. Jangan hanya ikut tren, ikut gaya-gayaan model dan segala macam, tetapi bagaimana ruangan itu didesain sesuai dengan kondisi tropis kita,” ujar Eka Ginanjar.
Arsitek dan ahli rancang kota, Sigit Kusumawijaya, mengatakan penerapan bangunan hijau atau green building dapat menjadi solusi untuk menghindarkan para penghuni atau pengguna dari penyakit yang ditimbulkan di dalam sebuah bangunan. Penataan ruang harus memperhatikan lingkungan serta kebutuhan akan sinar matahari dan sirkulasi udara.
“Terlebih dalam kondisi saat ini, rumah atau bangunan hijau dan sehat
itu secara nyata dapat mengurangi tingkat penyebaran tertularnya
penyakit infeksi saluran pernapasan atas, termasuk juga pandemi
COVID-19. Dikarenakan, walaupun hampir keseluruhan waktu penghuninya ada
di dalam rumah, mereka akan tetap berintensitas dekat dengan alam dan
sekitar,” papar Sigit.
Ketua Tim Mitigasi Dokter PB IDI yang merupakan Ketua Terpilih PB IDI,
Dokter Adib Khumaidi, mendorong agar rekomendasi terkait Protokol Tata
Ruang dan Adaptasi Kehidupan Baru bisa menjadi rujukan dan menjadi
ketetapan melalui peraturan yang dibuat, baik oleh pemerintah pusat
maupun daerah. Ini kata Adib, menjadi salah satu upaya untuk
mengendalikan penyebaran COVID-19, selain pelaksanaan vaksinasi dan
penerapan protokol kesehatan.
“Dan di dalam penerapannya, tentunya harus ada komite pengawasan yang melibatkan Satgas COVID-19, untuk kemudian melakukan assessment, melakukan penilaian, baik itu yang di perkantoran, di tempat-tempat pelayanan publik. Bahkan, bukan tidak mungkin juga nanti ini menjadi satu dasar assessment untuk kelaikan pembukaan sekolah,” tandas Adib Khumaidi. [pr/ft]
Penulis: VOA