Abdul Gani menceritakan bawah papan yang di gunakan untuk rumah kelulut tersebut semuanya berasal dari kayu tengkawang. Ia menyampaikan bahwa peternakan kelulut miliknya sudah berumur 2 tahun. "Kami membeli induk kelulut itu rata-rata 300 ribu per pohon yang kami ambil dari tengah hutan di Desa Ransi Panjang, Ensaid Panjang, Sungai Maram dan Baning Panjang. Hutan semakin habis, kalau tidak kita kembangkan maka kelulut akan habis dan punah. Maka kita inisiatif untuk membeli induk kelulut dan kita satukan di sini untuk dikembangkan” cerita Abdul Gani
“Kami pernah sekali panen menghasilkan 50 liter dan jika dijual di sekitar Kelam Permai harganya mencapai Rp400 ribu per liter. Keluar Kelam Permai sudah mencapai Rp500 ribu per liter. Pernah kami kirim ke Medan dengan harga Rp700 ribu per liter. Pernah kirim ke Jawa Tengah juga dengan harga Rp800 ribu per liter. Kita menjamin keaslian madu kelulut ini. Beternak kelulut ini, tanpa mikir tapi menghasilkan uang. Kelulut yang bekerja menghasilkan uang. Kurang lebih seperti usaha burung walet. Kita hanya siapkan tanaman bunga-bunga saja di sekeliling peternakan. Kita memanen madu kelulut ini menggunakan sedotan sehingga cukup steril. Sarang yang tertutup kita buka pakai lidi, baru dimasukan sedotannya. Dalam satu sarang ini bisa menghasilkan setengah liter madu kelulut. Soal waktu panen, memang tergantung bunga yang ada. Maka di sekiling sarang ini, kami tanami dengan bunga-bungaan seperti bunga air mata pengantin. Setelah madunya diambil, 15 hari kemudian sarang sudah terisi lagi dengan madu yang baru” terang Abdul Gani
Soal rasa sambungnya, madu kelulut ini ada percampuran rasa manis, asam, dan pahit. Tiga rasa menjadi satu karena tergantung sumber makananya atau tanaman bunga yang tersedia. Perawatannya sangat mudah. "Kelulutnya pun tidak akan lari karena ratunya kelulut ada disini. Kelulut ini sangat setia kepada ratunya. Selama ratunya ada disini, maka kelulut tidak akan lari. Kalau kita mau menambah kotak rumah kelulut, kita harus memindahkan dulu ratunya, baru kelulut lainya mengikuti. Kalau ratunya tidak dipindah, yang lain juga tidak mau pindah, maka kotaknya tetap kosong” bebernya.
Madu kelulut tersebut kata dia, juga memiliki kasiat untuk mengobati kulit yang gatal-gatal. Banyak yang terkena penyakit gatal yang susah sembuh, diolesi madu kelulut tiga kali saja, langsung sembuh” kata Abdul Gani
Kartiyus, Kepala Bappeda Kabupaten Sintang mengomentari usaha ternak kelulut sebagai penerapan dari konsep ekonomi lestari yang selalu digaunkan oleh Bupati Sintang. “Konsep dan penerapan ekonomi lestari yang dimaksudkan oleh Bupati Sintang itu ya seperti ini sebenarnya” ujar Kartiyus. (hms)