Plt Dinkes PP dan KB Kabupaten Sekadau, Henry Alpius |
SEKADAU, suaraborneo.id - Pengentasan stunting merupakan salah satu program prioritas Pemkab Sekadau bidang kesehatan pada tahun 2020 ini.
Plt Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes PP) Kabupaten Sekadau, Henry Alpius mengatakan, para orangtua wajib mengetahui gejala, dampak dan pola pencegahan stunting.
Henry menjelaskan, stunting merupakan kondisi yang menyebabkan beberapa masalah kesehatan. Salah satu ciri sunting yang paling mudah dikenali adalah, tinggi badan anak yang tidak ideal (pendek).
"Stunting disebabkan kurangnya asupan gizi pada janin sejak dalam kandungan, hingga usia 1000 hari atau usia dua tahun. Usia ini rentan terkenda stunting," jelas Henry, (24/2).
Gejala stunting akan terlihat jika anak sudah berusia dua tahun. Kondisi ini menyebabkan tubuh gampang terserang penyakit seperti hipertensi, stroke, diabetes dan penyakit lain.
"Stunting menyebabkan fungsi tubuh tidak seimbang. Mudah sakit dan kemampuan penalaran berpikir berkurang. Sehingga berdampak pada produktivitas penderitanya karena rentan sakit," jelasnya.
Henry mengatakan, di Kabupaten Sekadau, angka penderita stunting pada tahun 2018 mencapai 31 persen. Sedangkan, secara nasional pada tahun 2018 mencapai angka 27 persen.
"Artinya, dari 10 anak, tiga diantaranya terkena stunting. Ini menjadi perhatian kita bersama," ungkap Henry.
Untuk mengurangi angka stunting, Dinkes PP dan KB Kabupaten Sekadau menggalakkan program pencegahan diantaranya program seribu hari kelahiran.
Henry menjelaskan, penanganan stunting oleh Dinkes dibagi dalam dua metode. Pertama, intervensi spesifik. Contohnya promosi kesehatan, pemberian makan tambahan bayi dan anak, promosi ibu menyusui minimal enam bulan, peningkatan pelayanan kesehatan mulai ibu hamil sampai menyusui.
"Kita anjurkan ibu hamil wajib memeriksakan diri di posyandu. Karena stunting bisa menyerang sejak janin masih di dalam kandungan. Program tahun ini kita akan beri bendera ibu hamil. Tiap rumah ibu hamil diberi tanda. Ini supaya setiap ibu hamil dapat diberikan asupan gizi yang tepat," terang Henry.
Selain itu, pemberian imunisasi juga sangat penting bagi anak. Faktor lain seperti cacingan juga bisa menyebabkan stunting.
"Yang penting bagi kami adalah bagaimana mencegah agar jangan menikah dini. Sebab, tubuh ibu rentan mengalami masalah seperti pendarahan dan lain-lain saat melahirkan. Secara mental, ibu yang menikah usia muda juga kurang siap," lanjut Henry.
Metode kedua, yakni intervensi sensitif. Pola ini memerlukan koordinasi lintas sektoral.
Beberapa contoh intervensi sensitif seperti ketersediaan sumber pangan, sanitasi dan air bersih, pemberdayaan masyarakat melalui posyandu dan polindes, peningkatan pengasuhan di tingkat keluarga dan masyarakat, hingga peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak mampu.
"Sebab faktor lingkungan yang tidak sehat juga berpengaruh memicu munculnya stunting. Makanya perlu kerjasama lintas sektoral dari instansi terkait, hingga pihak desa. Kita ingin stunting ditangani secara komprehensif agar tujuan kita tercapai," ujarnya.
Dinkes PP dan KB Sekadau juga akan mengkampanyekan gerakan masyarakat sehat dan pelayanan kesehatan gratis ke daerah-daerah, khususnya daerah terpencil.
"Program pelayanan kesehatan daerah terpencil ini sedang berjalan. Kita fokus mengunjungi daerah-daerah yang jauh dari pusat pelayanan kesehatan," timpal Henry.
Khusus untuk anak yang sudah terlanjur terkena stunting, cukup sulit untuk ditanggulangi. Namun, bisa dikurangi dampaknya dengan pola hidup sehat.
"Caranya bisa dengan olahraga rutin, makan bergizi, perilaku hidup bersih dan sehat," ujar mantan Plt direktur RSUD Sekadau ini.
Henry juga mengajak para orangtua untuk meningkatkan kesadaran kesehatan dan menjaga pola hidup sehat.
"Yang utama adalah pemahaman dari keluarga. Penting untuk menjaga kesehatan anak sejak dini. Sebab di masa emas inilah karakter dan tumbuh kembang anak terbentuk," jelas Henry Alpius. (red)
Editor: Asmuni